Pengertian Saluran Terbuka
Dalam
hidrolika, kita mengenal 2 jenis saluran. Salah satunya adalah saluran terbuka,
yaitu saluran dimana air mengalir dengan muka air bebas, sehingga tekanan di
permukaan zat cair di sepanjang saluran tersebut adalah tekanan atmosfir.
Pengukuran
debit pada saluran terbuka dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain :
a.
Pengukuran
Langsung.
Pengukuran
ini dilakukan dengan pembacaan pada bangunan ukur atau pada alat papan skala (peil schaal), kemudian dibaca debitnya
pada table atau dihitung dengan rumus.
b.
Pengukuran
Tidak Langsung.
Pengukuran
ini dilakukan dengan mengukur kecepatan aliran menggunakan pelampung (floater) atau pesawat pengukur aliran
(current meter). Kemudian mengalikannya dengan luas penampang saluran.
2.1.1
Macam Saluran
Terbuka.
Saluran
Terbuka terdiri dari 2 macam, yaitu Saluran alami dan Saluran buatan.
a.
Saluran Alami.
Saluran alami meliputi semua alur air yang terdapat secara alamiah di bumi,
mulai dari anak selokan kecil di pegunungan, selokan kecil, kali, sungai kecil
dan sungai besar sampai ke muara sungai. Aliran air bawah tanah dengan permukaan bebas juga dianggap sebagai saluran
terbuka alamiah.
b.
Saluran
Buatan.
Saluran buatan dibentuk oleh manusia seperti saluran pelayaran pembangkit listrik, saluran
irigasi, parit pembangunan, pelimpah
tekanan, saluran banjir, saluran pengangkutan
kayu, selokan dan sebagainya, termasuk model
saluran yang dibuat di laboratorium untuk kepentingan penelitian.
Adapun sifat-sifat hidrolik
dari masing-masing saluran :
Ø Pada saluran alam biasanya sangat tidak
menentu.
Ø Pada saluran buatan semacam ini dapat
diatur menurut keinginan atau dirancang untuk memenuhi persyaratan tertentu.
2.1.2
Macam
Bangunan Ukur.
Bangunan Ukur pada bangunan air terdiri dari beberapa macam, yaitu :
a.
Bangunan
Ukur Cipholetti.
Bangunan ukur cipholetti merupakan penyempurnaan alat
ukur ambang tajam segi empat, akibat penambahan tinggi muka air hulu (h1), maka
pengaruh kontraksi tepi akan bertambah dan ini mengakibatkan debit yang lewat
menjadi berkurang. Untuk
mengatasinya dibuat suatu pembesaran tampang dengan kemiringan 1 : 4 (1 horizontal dan 4 vertikal).
Ø
Kelebihan Bangunan Ukur Cipholetti :
·
Bangunan sederhana dan mudah dibuat
·
Biaya pembuatan tidak mahal.
·
Pembacaan
debit mudah (diberi papan daya dengan skala liter).
·
Biaya pemeliharaan relatif murah.
Ø
Kekurangan Bangunan Ukur Cipholetti :
·
Kehilangan
tinggi energi besar, sehingga tidak mungkin dipakai pada daerah datar.
·
Terjadi
pengendapan atau sedimentasi di hulu ambang.
·
Pengaturan
tidak dapat dilakukan jika air muka hilir tidak melebihi ambang bangunan ukur.
Debit dapat dibaca pada tabel
atau dengan rumus :
Q =
1,81 x b x h 3/2
|
Dimana :
Q = Debit.
b = Lebar ambang.
h = Tinggi muka air.
Gambar 2.1.3 (a) : Bangunan Ukur Cipholetti
b.
Bangunan
Ukur Romijn.
Pintu ukur romijn adalah alat
ukur ambang lebar yang dapat digerakkan naik turun untuk mengatur dan mengukur
debit pada saluran.
Ø
Kelebihan Bangunan Ukur Romijn :
·
Bangunan
tersebut dapat mengatur dan mengukur sekaligus.
·
Dapat
membilas endapan, karena pintu bagian bawah dapat diangkat.
·
Kehilangan
tinggi energi relatif kecil.
·
Ketelitian baik.
·
Pengoperasian mudah.
Ø
Kekurangan Bangunan Ukur Romijn :
·
Pembuatan rumit dan mahal.
·
Diperlukan
muka air yang tinggi di saluran.
·
Dapat
disalahgunakan dengan membuka pintu bawah (aliran tak terukur).
·
Biaya pemeliharaan relatif mahal.
Debit dapat dihitung dengan
membaca tabel atau dengan rumus :
Q
=
1,71 x b x h2/3
|
Dimana :
Q = Debit.
b = Lebar ambang.
h = Tinggi muka air.
a.
Bangunan Ukur Ambang Lebar.
Ø Bangunan Ukur Ambang Lebar dengan mulut
dibulatkan.
Konstruksi
dari bangunan ukur ambang lebar dengan
mulut dibulatkan dimaksudkan agar tidak terjadi pemisahan aliran. Syarat
dimensi bangunan seperti terlihat pada gambar berikut ini.
|
Persyaratan
yang harus dipenuhi agar diperoleh pengukuran yang teliti adalah :
·
Lebar
ambang minimum dipilih harga dari 0,3 m, H1 maksimum atau L/5.
·
Nilai
perbandingan H1/p maksimum adalah 3 dengan p/0,15 m.
Ø Bangunan Ukur Ambang Lebar bentuk
segiempat.
Konstruksinya
berupa sebuah ambang mercu horizontal dengan muka hulu dan hilir berupa bidang
vertikal dan membentuk sudut 900 dengan bidang datar serta
benar-benar tajam (lihat gambar di bawah). Agar di atas ambang terjadi garis
aliran yang sejajar, maka alat ukur ini memerlukan beberapa persyaratan, yaitu :
·
Nilai
perbandingan H1/L terletak antara 0,08 - 0,33.
·
Nilai
perbandingan h1 / (h1 + p) maksimum 0,60 dengan p minimum
0,15 m.
·
H1
maksimum adalah nilai terbesar dari 0,06 m atau 0,081 m.
·
Lebar
ambang minimum dipilih yang terbesar dari 0,30 m atau L/5 m.
Q
= 1,76 x b x h3/2
|
Dimana :
Q = Debit (m3/s).
h = Tinggi air di saluran.
b = Lebar dasar saluran
(m).
a.
Bangunan Ukur Pashall Flume.
Bangunan
ukur Parshall Flume adalah bangunan ukur yang telah diuji secara laboratories
untuk mengukur aliran pada saluran terbuka. Bangunan ini terdiri dari sebuah
peralihan penyempitan dengan lantai datar, leher dengan lantai miring kebawah
dan peralihan pelebaran dengan lantai miring keatas. Karena bentuk
konstruksinya yang tidak konvensional ini, tinggi muka air hulu (h2) diukur
pada saluran pengantar tetapi pada bagian peralihan penyempitan, yaitu pada
jarak x dari ujung hulu leher.
Ø
Kelebihan Bangunan Ukur Parshall Flume :
·
Tidak
dapat diganggu atau diubah-ubah petani karena tidak menggunakan pintu.
·
Bebas
dari masalah benda-benda yang hanyut, seperti : kayu, sampah, dll.
·
Kehilangan
energi kecil.
·
Bangunan
kokoh karena terbuat dari beton.
Ø Kekurangan Bangunan Ukur Parshall Flume :
·
Tidak
dapat digunakan pada bangunan bagi/ sadap ataupun bangunan pengatur.
·
Karena
terbuat dari beton, maka biaya yang dikeluarkan untuk membuat bangunan ini
cukup banyak.
·
Pengoperasian
rumit.
Berikut ini
adalah rumus untuk mencari debit aliran pada bangunan ukur Parshall Flume :
Q = 0.372 * w (3,281 * Ha )1,57 * w * 0.026
|
Dimana :
Q = Debit (m3/ dt).
W = Lebar leher (m).
Ha = Tinggi air (m).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar