Minggu, 31 Mei 2015

SISTEM BANDAR UDARA


2.1 AIR SIDE
Adalah meliputi Runway, Taxiway, Apron dan elemen-elemen penunjang lainnya bagi pesawat selama pendaratan maupun tinggal landas.

2.1.1 RUNWAY

Runway adalah Area yang dipergunakan untuk take-off dan landing pesawat terbang yang sedang beroperasi, Jumlahnya tergantung dari volume lalu lintas yang dilayani oleh Lapngan terbang yang bersangkutan dan Orientasinya tergantung kepada antara lain oleh luas lahan yang tersedia untuk pengembangan lapangan terbang dan arah angin dominan yang bertiup.

A. KONFIGURASI RUNWAY
  1. Runway  tunggal
Merupakan konfigurasi yang paling sederhana dan mempunyai kapasitas berkisar antara 50 – 100 operasi perjam pada kondisi VFR dan 50 – 70 operasi perjam pada kondisi IFR. Kapasitasnya dipengaruhi oleh komposisi campuran pesawat terbang dan alat-alat bantu navigasi yang tersedia



  1. Runway sejajar
Terdiri atas dua atau lebih Runway yang mempunyai orientasi sama, kebanyakan dua Runway sejajar hanya sedikit beberapa lapngan terbang yang mempunyai tiga Runway sejajar didunia, sedangkan untuk yang empat atau lima Runway sejajar belum ada.
Kapasitas Runway sejajar tergantung pada jumlah runway dan jarak diantaranya. Jarak antar dua Runway digolongkan dalam jarak yang rapat. menengah dan renggang














































     
Jarak pemisah antara Runway sejajar sangat bervariasi, seperti terlihat pada tabel
Tabel : Klasifikasi Jarak Pemisah Runway sejajar

Code Number
Konstanta
700 – 2500
Dekat
2500 – 4300
Sedang
3
15.000
≥ 4300
Renggang

Kapasitas Runway sejajar dapat bervariasi antara 100 hingga operasi per jam pada kondisi VFR, bergantung pada komposisi pesawat terbang. Pada kondisi IFR kapasitas Runway sejajar Dekat antara 50 – 60 operasi perjam, dan kapasitas Runway sejajar Renggang antara 100 – 125 operasi perjam bergantung pada komposisi campuran pesawat terbang
Kadang-kadang posisi Runway sejajar dibuat tidak satu garis tetapi agak bergeser
  1. Runway berpotongan
Runway berpotongan ini diperlukan apabila terdapat angin yang relative kuat ( prevalling Wind ) bertiup lebih dari satu arah, sehingga mengakibatkan angin sisi ( Cross Wind ) yang terjadi berlebihan dan lebih besar daripada Presmisible Crosswind, serta akan berbahaya apabila dibuat hanya satu Runway saja. Kapasitas dua Runway tergantung pada letak perpotongannya (misal ditengah atau dekat ujung), makin jauh letak titik potong dari ujung lepas landas Runway dan ambang pendaratan ( threshold ) kapasitasnya semakin rendah.
Bila angin yang bertiup sangat kuat maka ada kemungkinan hanya satu Runway yang dapat dioperasikan, sebaliknya bila tidak kuat maka kedua Runway dapat dipergunakan.




  1. Runway – V terbuka
Adalah Runway yang terbentu dengan arah yang memencar ( divergen ) tetapi tidak berpotongan. Dioperasikan bila pada angin yang bertiup dari satu arah tertentu menghasilkan Crosswing pada salah satu Runway yang lebih besar daripada Permessible Crosswind, bial angina bertiup lemah maka kedua Runway dapat dipergunakan  























B. KARAKTERISTIK RUNWAY
Karakteristik Runway pada dasarnya terdiri dari :
  1. Struktur perkerasan, untuk menahan beban pesawat secara langsung.
  2. Bahu disamping kiri-kanan perkerasan, untuk menahan erosi yang ditimbulkan oleh adanya Jet-blast , dan juga untuk mengakomodasikan lalu lintas peralatan bagi pesawat dan pengontrolan
  3. Strip Runway, yang mencakup perkerasan, bahu dan daerah diluar itu yang diratakan dan diatur drinasenya. Areal ini harus mampu menahan jika ada pesawat yang tergelincir
  4. Blast pad, yaitu untuk menahan erosi permukaan disekitar ujung Runway akibat adanya Jet-blast, bentuknya dapat dengan perkerasan atau dengan rumput biasa
  5. Runway end safety area yaitu daerah yang sengaja dikosongkan untuk menghindari kecelakaan pada saat pesawat melakukan pendaratan Over-shooting
  6. Stopway, yaitu daerah tambahan diujung Runway yang diperkeras dan harus mampu menahan beban pesawat yang berhenti
7.  Clearway, adalah areal diujung Bandar udara yang tidak mempunyai struktur perkerasan dan dibawah pengawasan pengelola Bandar udara dan digunakan hanya apabila dalam keadaan darurat

C. PERENCANAAN RUNWAY
a.  Klasifikasi Lapangan terbang
Berhubungan dengan lebar bentangan sayap (Wing span) dan jarak tepi luar roda-roda pendaratan (Outer main gear wheel span) Untuk menetapkan Standar perencanaan suatu Lapangan terbang, International Civil Aviation Organization (ICAO) menetapkan Aerodrome Reference Code suatu llapangan terbang. Dengan sistim klasifikasi ini suatu lapangan terbang akan mempunyai Reference Code yang terdiri atas Code Number (kode angka) dan Code Letter (kode huruf). Code Number yang digunakan terdiri atas angka 1 sampai dengan 4, dimana angka ini berhubungan dengan panjang Runway pada kondisi standar (Aeroplane Reference Field Length) sedangkan Code letter yang digunakan adalah A sampai dengan E, dimana huruf-huruf ini berhubungan dengan lebar bentangan sayap ( Wing Span ) dan jarak tepi luar roda pendaratan ( Outer main gear wheel span )

Tabel : Klasifikasi Lapangan Terbang


Code Number
Aeroplane Reference Field Length (ARFL)

(L0)

Code Letter
Lebar Bentangan Sayap
(B1)
Jarak Tepi Luar Roda-roda Pendaratan (B2)
1
L0 < 800 m
A
B1< 15 m
B2 < 4,5 m
2
800 m < L0 < 1200 m
B
15 m<B1<24 m
4,5 m<B2< 6 m
3
800 m < L0 < 1200 m
C
24 m<B2<36 m
6 m< B2< 9 m
4
800 m < L0 < 1200 m
D
36 m<B2<52 m
9 m<B2<14 m


E
52 m<B2<60 m
9 m<B2<14 m

Aeroplane Reference Code yang dipilih dipengaruhi Karakteristik pesawat terbang rencana yang dilayani lapangan terbang tersebut
Aeroplane Reference Field Length (ARFL) adalah Panjang Field Length minimum yang diperlukan oleh pesawat terbang untuk dapat Take Off dengan maksimum Take of Weight, dimana kondisi lapangan terbang adalah Mean Sea Level (MSL), pada kondisi atmosfir standar Runwaynya tidak mempunyai kelandaian (Zero Runway Slope) serta tidak ada angin. Code Number dipengaruhi oleh bentangan sayap atau jarak tepi luar roda-roda pendaratan. Sebagi contoh bila bentangan sayap berhubungan dengan Code Letter C sedangkan jarak tepi luar roda-roda pendratanberhubungan dengan Code Letter D maka yang harus dipilih adalah D
b. Koreksi Panjang Runway
Untuk mendapatkan panjang Runway aktual untuk Take Off, ARFL perlu dikoreksi akibat pengaruh kondisi lingkungan misalnya Elevasi, temperatur dan kelandaian Runway.
·         Makin tinggi suatu tempat, makin berkurang kepadatan (density) udara ditempat tersebut. Karena itu untuk mendapatkan Gaya angkat yang memadai pada daerah tersebut pesawat terbang harus bergerak lebih cepat. Akibatnya Runway yang diperlukan harus lebih panjang dengan koreksi bahwa ARFL harus diperpanjang untuk setiap kenaikan sebesar 300 m (1000 ft) dari Mean Sea Level (MSL)
·         Makin tinggi suatu temperatur akan mengurangi kapadatan udara, karena itu makin tinggi Airport Reference Temperature (ART) akan makin panjang Runway yang diperlukan dan ARFL yang telah dikoreksi Runway akibat pengaruh elevasi akan dikoreksi lagi akibat pengaruh temperatur. Panjang yang telah dikoreksi harus diperpanjang 1 % untuk setiap derajat celsius naiknya ART terhadap temperatur standar lapangan terbang tersebut
·         Setiap panjang Runway yang dibutuhkan untuk Take Off harus dikoreksi terhadap kelandaian memanjang Runway. Untuk itu digunakan Effective Gradient, yaitu Rasio antara selisih tinggi dan titik terendah pada Runway terhadap panjang Runwaynya. Untuk setiap 1 % Effective Gradient, Runway harus diperpanjang 1 %
a.    Orientasi Runway
Orientasi Runway dibuat dengan arah sedemikian rupa sehingga pesawat terbang dapat didaratkan sekurang-kurangnya 95 % dari waktu dengan komponen Cross wind ( angin samping ) 20 knot ( 23 mph ) untuik Runway klas A dan B, 13 knot ( 15 mph ) untuk Runway klas C dan 10 knot utnuk Runway klas D dan E. setelah maximum cross wind component dipilih sesuai dengan kelas Runway yang dibangun maka diperlukan data mengenai arah angin dan kecepatannya selama kurun waktu yang lama dilokasi untuk menentukan orientasi Runway bedasar arah angin.
·         Data angin

Gerak pesawat terbang baik untuk Take Off atau Landing diusahakan untuk melawan Arah pergerakan angin, atau dengan kata lain menuju datangnya arah angin. Karena itu Runway disuatu lapangan terbang harus terletak sedemikian rupa sehingga searah atau mendekati arah angin yang dominan (Prevalling Wind) di lapangan terbang tersebut yang didapat dari BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA
·         Permissible Crosswind

Tidak selamanya arah angin bertiup sejajar denag arah Runway. Angin yang bertiup pada saat pesawat Take Off atau Landing harus diuraikan menjadi Komponen yang sejajar dengan arah gerak pesawat dan Komponen yang tegak lurus arah gerak pesawat. Komponen yang sejajar dan berlawanan arah gerak pesawat disebut Headwind, sedangkan yang tegaklurus disebut Crosswind.
Agar pesawat dapat bermanuver dengan aman, Crosswind tidak boleh terlalu besar Maksimum Crosswind agar aman disebut dengan Permissible Crosswind
Tabel : Permissible Crosswind

ARFL
(m)
Permissible Crosswind
< 1200
10 knots (11,5 mph)
1200 - 1500
13 knots (15 mph)
≥ 1500
20 knots (23 mph)

·         Usability

Pada saat angin bertiup dengan Crosswind yang lebih besar dari pada Permissible Crosswind  suatu pesawat terbang, maka pada saat itu pesawat tidak diperkenankan untuk terbang dan Runway tidak dapat dipergunakan, hal ini akan mengakibatkan kerugian Pengelola lapangan terbang maupun Perusahaan penerbangan, sehingga arah Runway harus dibuat mendekati arah angin yang dominan.
Probabilitas / kemungkinan suatu Runway dapat beroperasi, karena Crosswind yang bertiup lebih kecil daripada Permissible Crosswind dinamakan Usability Runway tersebut. Makin besar Usability suatu Runway makin besar pula Probabilitas Runway tersebut dapat dipergunakan (karena Crosswind < Permissiblewind).
ICAO mengisyaratkan suatu lapangan terbang mempunyai Usability minimal 95 %, jika kurang dari angka itu maka diperlukan Runway tambahan yang tidak harus sejajar dengan arah Runway yang ada
·         Penomoran Runway
Nomor Runway berhubungan dengan dengan arah (orientasi) Runway tersebut. Nomor Runway dituliskan diujung-ujung Runway dan harus dapat dibaca oleh pilot pesawat terbang pada saat akan Landing, sehubungan dengan arah angin yang bertiup
·         Geometri Runway       
     Persyaratan lebar Runway minimum dapat dilihatpada tabel sbb:
Tabel : Lebar minimum Runway (meter)

Code Number
Code Letter
A
B
C
D
1
1,8
18
23
-
2
23
23
30
-
3
30
30
30
-
4
-
-
45
45

Runway perlu diberikan kemiringan melintang agar air hujan yang jatuh dipermukaan dapat cepat mengalir. Besarnya kemiringan yang direkomendasikan ICAO dapat dilihat pada tabel sbb :

Tabel : Kemiringan Melintang Runway

Code Number
Kemiringan melintang
A
2 %
B
2 %
C
1,5 %
D
1,5 %
E
1,5 %

Runway dengan Code Letter D dan E yang lebarnya kurang dari 60 meter harus diberi bahu dikanan - kiri (Runway Shoulder), sehingga lebar minimum total Runway termasuk bahunya adalah 60 meter, kemiringan bahu adalah 2,5 %. Runway terletak pada suatu area yang disebut Area Strip yang dimaksudkan untuk :
1.    Memperkecil resiko kerusakan pada pesawat terbang bila pesawat terbang terpaksa harus keluar dari Runway
2.    Melindungi pesawat yang meluncur diatasnya pada saat Take Off maupun Landing

Tabel : Panjang Runway Strip (meter)

Code Number
Panjang Strip
1
60 (instrument)
30 (non – instrument)
2
60
3
60
4
60

Tabel : Lebar Runway Strip (meter)

Code Number
Panjang Strip
1.           Non – instrument
              Instrument
30
75
2.            Non – instrument
          Instrument
40
75
3 & 4.     Non instrument
              Instrument
75
150

Biasanya 3 meter terluar dari Runway Strip diberi kemiringan melintang yang lebih besar (5%) agar air dapat mengalir dengan cepat (drainase)

Tabel : Kemiringan Melintang Runway Strip

Code Letter
Kemiringan melintang
1
3 %
2
3 %
3
2,5 %
4
2,5 %

Runway datar (Level Runway) lebih disukai,tetapi kondisi Topografi sering tidak memungkinkan membuat Runway yang datar sehingga Runway harus mempunyai perubahan kelandaian (Longitudinal Slope)

Tabel : Kelandaian Runway


Code Number
Maximum Average Longitudinal Slope
Maximum Slope in Any Portion of Runway
Maximum Longitudinal Slope Change
Transition from One Slope to Another
Minimum Radius

(Curve)
1
2 %
2 %
2 %
0,4 % per 30 m
7500 m
2
2 %
2 %
2 %
0,4 % per  30 m
7500 m
3
1 %
1,5 % (a)
1,5 %
0,2 % per 30 m
1500 m
4
1 %
1,25 % (b)
1,5 %
0,1 % per 30 m
3000 m

Catatan :
a.  Kelandaian pada seperempat panjang pertama dan seperempat panjang terakhir Runway yang termasuk Precisiion Appproach dengan kategori II dan III tidak boleh melebihi 0,8 %
b. Kelandaian pada seperempat panjang pertama dan seperempat panjang terakhir Runway tidak boleh melebihi 0,8 %
Jarak antara dua titik tempat terjadi perubahan kelandaian tidak boleh kurang 45 m

Tidak ada komentar:

Posting Komentar